Yukke.id – Terletak di Desa Banten Lama, Kecamatam Kasemen, Serang, Banten. Masjid Agung Banteng menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia sekaligus menjadi cagar budaya. Telah berusia sekitar 4 abad Masjid ini dulunya bagian dari kerajaan Banten di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Merupakan perwujudan dari akulturasi budaya terdapat beberapa budaya yang melebur dalam arsitektur bangunan ini. Akulturasi budaya merupakan terjadinya dua budaya yang berbeda lalu bertemu dan menyatu secara serasi dan damai. Perpaduan dua kebudayaan tersebut dapat melahirkan budaya yang baru. Akulturasi budaya tidak menyebabkan unsur-unsur budaya yang lama menghilang.
Sejarah Masjid Agung Banten

Didirikan pada 1566 M ketika Maulana Hasanuddin menjabat sebagai Sultan Banten pertama. Sama seperti denah lain pada Masjid lainnya di Indonesia, Masjid Agung Banten juga berdenah segi empat yang memiliki rancang bangun yang unik. Perpaduan antara tiga arsitektur yaitu arsitektur Jawa, Cina, dan Eropa.
Raden Sepat yang berasal dari Majapahit merupakan seorang arsitek utama yang juga mengambil peran dalam menukangi Masjid Cirebon, ada pula Tjek Ban Tjut arsitek asal Cina dan Hendrik Lucaz Cardeel asal Belanda.
Berawal dari instruksi Sunan Gunung Jati kepada anaknya Bernama Hasanuddin. Konon katanya, Sunan Gunung Jati memerintahkan anaknya untuk mencari sebidang tanah yang masih suci sebagai tempat pembangunan Kerajaan Banten.
Hasanuddin pun langsung salat dan bermunajat kepada Allah agar diberikan petunjuk atas perintah ayahnya tersebut. Setelah berdoa menurut cerita secara spontan air laut yang berada di sekitarnya tersibak dan menjadi daratan.
Daratan itu kemudian mulai didirikan Kerajaan Banten serta sarana pendukung lainnya, seperti alun-alun, masjid dan pasar.
Perpaduan antara istana, alun-alun, masjid dan pasar merupakan ciri khas tradisi kerajaan Islam di masa lampau. Selain itu sejarah beridirinya masjid ini juga diawali dengan cita-cita Sultan Maulana Hasanuddin untuk mempunyai sarana pusat penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Banten.
Fasilitas dan Aktivitas Wisata di Masjid Agung Banten
Terdapat banyak kegiatan yang bisa dilakukan pengunjung di masjid ini. Mampu menampung sekitar 2.000 jemaah ini, selain beribadah masyarakat dapat berkunjung untuk berziarah ke makam para sultan dan ulama Banten. Jangan lupa untuk menikmati arsitektur hasil dari alkuturasi dari 3 budaya yang sangat unik.
Pengunjung juga dapat naik ke menara dengan tinggi 24meter yang terbuat dari batu bata dan melihat Banten serta laut serta pantainya. Ada pula fasilitas penunjang yang juga lumayan lengkap, sehingga kamu tak perlu khawatir karena pasti kamu akan merasa nyaman.
Selain fasilitas masjid pada umumnya, seperti tempat wudhu dan penitipan alas kaki, ada pula perpustakaan, tempat parkir, taman, toilet, toko hingga perlengkapan pengurusan jenazah dan ruang belajar.
Baca juga: Memegang Teguh Kearifan Lokal Dengan Mengenal Kampung Baduy Dalam
Mengunjungi Makam di Masjid Agung Banten

Setelah selesai beribadah jangan langsung pulang ya, di sebelah kiri dan kanan Masjid Agung Banten terdapat serambi yang merupakan makam para sultan kerajaan Banten dan ulama Banten.
Jika menjelang bulan Ramadhan, setelah puasa, dan bulan maulud, masjid ini selalu ramai oleh para peziarah dari seluruh Indonesia.
Di serambi sebelah kiri masjid kamu dapat melihat makam Maulana Hasanuddin dan istri, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nahr Abdul Qohhar. Sedangkan di sebelah kanan masjid ada makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, Sultan Zainal, dan sebagainya.
Sumber & Foto: Dari berbagai sumber